Selasa, 14 Juli 2015

Karma?


Karma?

                Menurut wikipedia, Karma berasal dari bahasa sanskerta, yang artinya bertindak, tindakan, kerja. Lalu disebutkan pengertian karma itu adalah konsep ‘aksi’ atau ‘perbuatan’ yang dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas. Nah, konsep ini berasal dari india kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat hindu, jain, sikh, dan buddhisme. Haaaa gitulah kira-kira kata wikipedia. 

                Konsep karma ini seperti, semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Jadi, ginilah singkatnya, apa yang kamu alami sekarang,itulah yang pernah kamu lakukan waktu dulu-dulu. Misalnya: si marta punya sahabat, sahabatnya suka sama cowok tertampan di kelurahan, haa dia cerita sama  marta segalanya tentang doi eh tapi malah marta yang berusaha ngedekatin doi karena marta tertarik dengan cerita sahabatnya tentang doi jadi marta berusaha untuk ngedekatin dan mendapatkan doi. Lalu pacaranlah si marta sama doi, tapi hubungan marta sama sahabatnya hancur. Terus doi nengok kawan si marta yang lebih cantik dari marta, terus doi modus lah nanyain kawan si marta ini pencitraan gitu dia. Dan  ternyata si marta diselingkuhi sama doi, doi diem-diem suka dan ngedekatin kawan marta, sebut saja mawar namanya. Jadilah orang itu pacaran, si marta marah-marah, putus dan gaada kawan si marta. Sementara sahabat marta yang dulu udah punya pacar dan bahagia. Doi marta pun udah bahagia sama mawar. Karena marta gaada kawan jadi marta jadi pencuri, dia mencuri dandang, bedcover dan lipstik untuk kosmetiknya. Gitulah orang-orang menyebutnya marta kena karma.

Lalu bagaimana karma dalam islam?

                Sebenarnya istilah karma itu gaada dalam islam. Karena karma itu dianggap istilah didalam ideologi dan keyakinan agama dharma. Dan di Al-qur’an juga disebutkan dalam firman Nya:

QS: 35:18. “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”

QS: 53:38. “Yaitu, bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”

Oleh karena itu, tidak seharusnya kita percaya dengan apa yang telah ada kecuali setelah kita  mengetahui secara ilmiyah hakekat hukum karma tersebut.

Allah ta’ala berfirman:
“Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tudak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hatu semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban. (QS: Al-isra’:36)

Kadang ada kesalahpahaman bahwa hukum karma sama dengan “nasib”, bahkan “suratan takdir Tuhan”. Perlu diketahui bahwa dalam hukum karma tidaklah demikian, “suratan takdir” ini ditulis sendiri oleh diri kita sendiri. Kitalah yang mendesain nasib kita, bukan oleh Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dalam ajaran Hindu, Brahman atau Purusha memang diyakini sebagai penyebab utama, tetapi dalam hal ini Brahman sebenarnya hanya “pengamat / saksi abadi“.  

Karma berarti “perbuatan / tindakan”. Hukum karma adalah hukum semesta sebab-akibat, dimana setiap tindakan kita akan membuahkan hasil tindakan atau buah karma (karma-phala). Yang berarti apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, ditentukan sepenuhnya oleh tindakan diri kita sendiri. Tanpa ada kaitannya dari Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dan yang dimaksud dengan “tindakan” itu adalah pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sendiri.



Ya, gitu. But it’s back to you, and your choice :)


Referensi:


https://id.wikipedia.org/wiki/Karma

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar